JambiNarasi.com, TanjabTimur – Burung Siberia merupakan salah satu wilayah yang sangat luas di Rusia dan Kazakhstan utara, hampir seluruhnya berada di Asia utara. Siberia yang memanjang ke timur melintasi Pegunungan Ural ke Samudra Pasifik dan ke selatan dari Samudra Arktdik ke perbukitan Kazakhstan utara-tengah yang berbatasan langsung dengan Mongolia dan Cina.
Seperti kita ketahui bahwa Indonesia mm awas see my zat, merupakan kawasan penting bagi tujuan migrasi burung-burung pantai dari belahan bumi utara. Salah satunya adalah pantai Cemara yang berada di kecamatan Sadu, kabupaten Tanjung Jabur Timur, Jambi.
Kawasan pantai yang memiliki luas 450 hektar ini, merupakan habitat burung air dan daerah persinggahan burung pantai migran. Pantai Cemara sendiri terletak bersebelahan dengan Taman Nasional Berbak.
“Pantai Cemara Jambi saat ini telah men jadi kawasam esensial, wilayah penting di luar kawasan konservasi, dimana pengelolaannya telah dilakukan secara kolaboratif bersama antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Pemerintah Desa Cemara dan Kecamatan,” serta sejumlah stekholder yang kebetulan saya juga termasuk salah satu yang ikut terlibat dalam kolaboratif tersebut sebagai penggiat lingkungan hidup wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Pantai Cemara Jambi, merupakan salah satu lokasi migrasi penting bagi burung-burung pantai yang ada di dunia, dimana tidak kurang dari sekitar 26.000 ekor burung yang ada di pantai Cemara telah berhasil di identifikasi jenis-jenisnya, meliputi 4 jenis burung air, 27 jenis burung pantai, 30 jenis burung hutan dan 11 jenis burung laut. Pantai Cemara yang berada di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi Jambi telah masuk dalam jalur migrasi Asia Timur-Australia, yang meliputi kawasan luas yaitu Asia Timur, Papua, Australia, Selandia Baru hingga pulau-pulau di lautan Pasifik.
Para peneliti dan pengamat burung telah melakukan penelitian tentang jalur migrasi burung, yang setiap tahunnya tidak kurang dari 1.000 ekor burung pantai migran berhasil diidentifikasi dan ditandai dengan cincin dan bendera warna oranye-hitam oleh para pengamat burung. Bendera oranye-hitam merupakan identitas burung migran yang singgah di Pulau Sumatera. Selain memasang pada burung tersebut, tentunya berfungsi untuk mengetahui jalur lintas migrasi burung-burung di dunia.
Mengapa Burung Bermigrasi?
Untuk mengetahui mengapa burung bermigrasi?, secara ekologis, bahwa migrasi burung merupakan sebuah ritual tahunan yang menunjukkan kesimbangan fungsi ekologis di berbagai belahan dunia. Bayangkan saja, bahwa tidak kurang dari 50 miliar ekor burung yang melakukan migrasi ini setiap tahunnya. Mereka melintas benua dengan jarak puluhan ribu kilometer untuk mencari makan atau untuk mendapatkan cuaca yang hangat untuk melanjutkan siklus perkembangbiakan mereka.
Pada bulan Agustus hingga Maret, belahan bumi utara mengalami musim dingin yang menyebabkan kelimpahan makanan burung-burung tersebut berkurang, akibatnya burung-burung yang hidup di Rusia timur laut, China, Alaska bermigrasi ke bumi belahan selatan untuk mencari udara yang lebih hangat dan mencari makanan. Jenis makanan dari kelompok burung-burung pantai adalah ikan, jenis-jenis kerang, kepiting dan cacing. Umumnya burung pantai mencari makan di sekitar daerah pesisir pantai, juga di daerah persawahan, pertambakan dan hutan bakau.
Posisi Indonesia yang terbentang antara benua Australia dan Asia Daratan di sisi utara, memiliki nilai penting dalam migrasi burung yang terjadi setiap tahun. Untuk jenis-jenis burung tertentu seperti jenis raptor, Indonesia juga menjadi tujuan akhir bagi berbagai burung raptor untuk bermigrasi. Ribuan raptor bermigrasi mencari makan dari kawasan Asia Utara menuju kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Ancaman terhadap keberadaan burung-burung pantai adalah cuaca buruk ketika mereka bermigrasi dan ancaman predator, secara khusus manusia. Persepsi yang salah bahwa musim migrasi burung adalah musim panen burung menyebabkan berbagai burung migrasi diburu. Ancaman terhadap kelestarian burung pantai pada akhirnya akan berakibat kepada terganggunya rantai ekologis yang pada akhirnya akan merugikan manusia.
Narasi singkat yang telah saya paparkan diatas, tentunya menurut pandangan saya selaku aktivis penggiat dan pelaku lingkungan hidup wilayah pesisir serta pemerhati pariwisata Kabupaten Tanjung Jabung Timur memandang perlu untuk mengusulkan, kepada pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk menetapkan Kawasan Ekosistem Esensial Pantai Cemara sebagai Icon Daerah dalam Pengembangan Industri Pariwisata Daerah.
Kita tidak perlu mengembangkan Obyek Wisata yang bernuansa konvensional, karena pengembangan konvensional di nilai tidak alami dan terkesan tidak ramah lingkungan. Apalagi isu lingkungan hidup dewasa ini tetap menjadi trend bagi para wisatawan untuk datang mengunjungi obyek wisata yang bersifat natural (Alami).
Trus Baca dan ikuti JambiNarasi.com.
Bersambung…?
Oleh Arie Suryanto, (Pemerhati Kebijakan Buplic)