Arie Suryanto, Ajak Calon Gubernur Jambi dan Calon Bupati Tanjab Timur, Peduli Persoalan Lingkungan Hidup

Jambinarasi-Sungguh sangat dilematis, ketika melihat kondisi lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Persoalan abrasi pantai yang sudah berlangsung cukup lama telah mengakibatkan hilangnya lahan-lahan yang bernilai ekonomis tergerus  kelaut secara cuma-cuma,  mari pemerintah  kabupaten Tanjung Jabung Timur, mulai kita tata kembali, dan  Pemicu terjadinya abrasi pantai tidak terlepas dari adanya pengaruh gelombang pasang laut, sehingga sejumlah pemukiman masyarakat yang ada di sepanjang pantai harus di evakuasi ketempat yang lebih aman.

 

Ancaman abrasi terparah terjadi hampir di semua Desa yang ada di Kecamatan Sadu, seperti Desa Sungai Benuh yang merupakan Desa Perbatasan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi. Selain itu Desa Labuan Pering, terutama Dusun Sungai Kapas merupakan lokasi paling terparah, bahkan lahan perkebunan kelapa telah berada di tengah laut.

Baca juga:  Sambangi Masyarakat Rantau Rasau Dan Nipah Panjang, Dilla Hich Janjikan Berobat Gratis

 

Begitu juga yang terjadi di Desa Pantai Cemara yang merupakan Kawasan Ekosistem Esensial Pantai Cemara, dimana keberadaan Pantai Cemara menjadi Surga bagi burung-burung migran yang setiap tahunnya datang pada bulan Nopember hingga Pebruari sebelum terbang kedaratan Benua Australia.

 

Kondisi abrasi juga terjadi di Desa Air Hitam Laut, terutama telah mengancam keberadaan Pantai Babussalam yang setiap tahunnya dijadikan sebagai lokasi Festival Mandi Safar. Meskipun Balai Wilayah Sumatera VI Jambi telah membangun Penahan Ombak, namun sejumlah bangunan masyarakat yang ada di pantai tersebut harus di relokasi seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

Kerusakan pantai di wilayah Air Hitam Laut, tentunya di picu oleh tergerusnya Tanjung yang berada di sebelah kanan masuk ke Muara Sungai Air Hitam Laut, dimana keberadaan Tanjung tersebut tentunya berfungsi sebagai benteng, penahan ketika gelombang pasang laut menghantam sebelah kiri masuk ke Muara Sungai Air Hitam laut yang padat dengan pemukiman, sehingga salah satu solusinya adalah dengan membangun Alat Pemecah Ombak (APO).yang terbuat dari Limbah Ban Bekas.

Baca juga:  KPB Sorot Simpatisan Bacalon Wabup Tebo yang Upload Pamflet Nazar Efendi Gunakan Seragam Pramuka, Romy : Timses dan Relawan Harus Cerdas Biar Tidak Merugikan Paslon

 

Proposalnya masih dalam tahap penyusunan untuk diajukan kepada Pemerintah Provinsi Jambi maupun Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

 

Konsep penanganan abrasi dengan menggunakan mediasi limbah Ban bekas, tentunya belajar dari daerah Karawang Jawa Barat dan Muara Gebong Bekasi dan apabila sudah terpasang, maka di bagian dalam akan di tanam mangrove dan api-api yang akan menjadi penyangga pantai.

Kegiatan pembuatan Alat Pemecah Ombak tersebut akan dilaksanakan oleh Komunitas Cinta Hijau Pesisir Indonesia (KCHPI) yang berdomisili di Nipah Panjang.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi pilot project bagi penanganan abrasi di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

 

Sementara persoalan lain adalah menyangkut masalah penanganan Sampah di wilayah Nipah Panjang, dimana kondisi sampah yang sudah sangat memprihatinkan tentunya di perlukan adanya solusi konkret, dimana masyarakat yang mendiami bantaran Sungai Berbak yang merupakan bagian dari Sungai Batanghari, kondisinya sudah menjadi tempat pembuangan. Sampah dan ini sangat berbahaya sekali, terutama mengancam kelangsungan ekosistem yang ada, terutama ancaman terhadap perkembang biakan biota-biota laut kedepannya.

Baca juga:  Ketua DPD Partai PSI Tanjab Timur Memberikan Tanggapan Terkait Pembelotan Samsul Muin

Ditulis Oleh:Arie Suryanto Pemerhati  Lingkungan  Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan